Tahayul, Bid'ah, dan Khurafat (TBC) adalah "tiga sekawan kebatilan"
yang masih hidup di kalangan umat Islam. Islam melarang ketiganya.
Berikut ini Pengertian Tahayul, Bid'ah, dan Khurafat yang diolah Risalah Islam dari berbagai sumber terpercaya.
PENGERTIAN TAHAYUL
Ada kepercayaan yang sampai kini masih melekat dalam diri sebagian umat
Islam di tanah air tentang bulan Safar, yaitu bahwa bulan Safar adalah
bulan naas, bulan yang penuh kesialan. Alasannya, kata Safar berarti
sejenis penyakit di dalam perut, berbentuk ulat besar yang dapat
membunuh.
Kepercayaan ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Jahiliyah. Ketika itu
mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang sarat dengan kejelekan.
Di samping itu, mereka juga menganggap Rabu sebagai hari nahas,
terlebih Rabu terakhir setiap bulan.
Kepercayaan atau tahayul ini sebenarnya sudah dihilangkan oleh Islam.
Rosulullah pernah berdebat dengan orang Badui. “Tidak ada penyakit
menular dan tidak ada kepercayaan pada tahayul,” sabda Nabi Muhammad
saw.
Badui berkata, “Lantas, bagaimana dengan unta yang sehat, kemudian sakit
setelah didekati unta yang sakit?” Nabi menjawab, “Lalu siapa yang
menulari unta pertama?”
Perdebatan ini menegaskan, kepercayaan seperti itu tidak ada dan tidak
dibenarkan adanya menurut pandangan Islam. Dalam HR Bukhari dan Muslim
Rasulullah bersabda, yang artinya: “Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah,
dan safar”.
‘Adwa penularan penyakit. Thiyarah yaitu merasa bernasib sial atau
meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya. Hamah
maksudnya burung hantu. Safar adalah bulan kedua dalam tahun Hijriyah,
yaitu bulan sesudah Muharam.
Islam tidak mengenal adanya hari atau bulan nahas, celaka, sial, malang
dan yang sejenis. Yang ada hanyalah bahwa setiap hari dan atau bulan itu
baik, bahkan dikenal hari mulai (Jum’at) dan bulan mulia (seperti bulan
Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah).
Jelas, tahayul tidak ada tempat dalam Islam dan dalam hati kaum
Muslimin. Tahayul merupakan bentuk syirik. Diriwayatkan dari Ibnu
Mas'ud, Nabi Saw berkata: "Tiyarah (tahayul) ialah sejenis syirik" (HR.
Tirmizi).
Ketika belakangan sering terjadi kasus kesurupan massal, juga
individual, orang menyebutnya ”kemasukan setan, jin, atau makhlus
halus”. Ini juga tahayul! Karena menurut para ahli, kesurupan adalah
fenomena psikologis, tidak ada kaitan sama sekali dengan makhluk halus.
Kesurupan adalah semata-mata fenomena alami yang bisa terjadi pada
manusia dan tidak pandang bulu di belahan dunia mana pun. Terutama di
masyarakat yang tingkat kesulitan dihupnya tinggi.
Fenomena kesurupan berkaitan dengan masalah stress hidup dan beban hidup
masyarakat. Dalam masyarakat yang penuh ketidakpastian, kesulitan
ekonomi yang sangat membebani para korban, dan ketidak menentuan masa
depan, turut andil bagian dalam memperbesar terjadinya kesurupan.
Pada kasus anak-anak sekolah, mereka yang terkena rata-rata kehidupan
ekonominya susah, mikirin beban pelajaran, ditambah dengan mikirin buku
yang tidak terbeli dan SPP yang belum dibayar otomatis membuat sang anak
menjadi sangat stress dan berusaha untuk ditahan. Pada puncaknya, jika
sang anak tidak mampu untuk menahan ini, maka akan meledak dan
terjadilah kesurupan.
Kesurupan adalah fenomena biasa dalam dunia psikologi dan fisiologi. Apa
yang terjadi pada mereka hanyalah masalah psikis yang disebut trance disorder.
Orang yang mengalami hal ini akan bisa spontan teriak-teriak dan bahkan
berkata-kata yang tidak biasanya di lakukan. Ini disebut dengan
munculnya sifat ganda, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai
karakter lebih dari satu.
Dalam keadaan trance, seseorang akan memcunculkan karakter yang lain yang biasanya tidak ditampakkan. Singkatnya, fenomena trance
alias kesurupan ini bukanlah hal aneh dan perlu dimistifikasi. Ini
adalah fenomena alam biasa, yang disebabkan oleh tekanan jiwa.
PENGERTIAN BID’AH
Bid’ah adalah suatu amalan yang diada-adakan atau menambah amalan dalam
ritual ibadah, padahal tidak dicontohkan oleh Rosulullah Saw.
Secara bahasa, bid'ah artinya penciptaan atau inovasi yang sebelumnya
belum pernah ada. Maka semua penciptaan dan inovasi dalam ritual agama
(ibadah mahdhah), yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah, disebut
bid'ah.
“Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena
setiap perkara baru itu bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan
setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. Baihaqy, An Nasai)
“Barang siapa melakukan suatu amalan (dalam agama) yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
“Barangsiapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (agama) padahal bukan dari bagiannya maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Secara bahasa bid’ah adalah sesuatu yang diada-adakan tanpa ada contoh
sebelumya. Secara istilah (syariat) adalah sebagaimana perkataan Imam
Asy-Syatibi, “Bid’ah adalah suatu cara yang diada-adakan di dalam agama
yang menyerupai agama dengan tujuan untuk berlebih-lebihan dalam
beribadah kepada Allah Ta’ala.”
Bukan termasuk bid’ah jika sesuatu itu diada-adakan di luar agama
(ibadah mahdhah) untuk kemaslahatan dunia, seperti pengadaan teknologi
dalam transportasi, industri, atau yang lainnya.
Imam Malik berkata: "Barang siapa melakukan inovasi dalam agama Islam
dengan sebuah amalan baru dan menganggapnya itu baik, maka sesungguhnya
ia telah menuduh Muhammad Saw menyembunyikan risalah, karena Allah Swt
menegaskan dalam Surah Al-Maidah:3, yang artinya, "Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu".
Bid’ah juga terjadi dalam bidang akidah. Syekh Yusuf Qardadhawi dalam bukunya, Fiqih Prioritas,
menyatakan, keyakinan yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa
oleh Rasulullah Saw dan ajaran yang terdapat di dalam Kitab Allah
disebut bid'ah dalam akidah (al-bid'ah al-i'tiqadiyyah).
Bid’ah mengingkari kesempurnaan Islam. Islam sudah mengatur berbagai
sisi kehidupan manusia, mulai dari hal-hal besar seperti mengurus negara
sampai hal-hal yang dianggap sebelah mata oleh manusia seperti tatacara
buang hajat. Tidak hanya kaum muslimin saja yang mengakuinya, bahkan
orang kafir pun mengakui kesempurnaaan Islam tersebut.
Salah satu bahaya bid’ah adalah pelakunya tidak sadar bahwa dirinya
telah berbuat dosa dengan perbuatan bid’ahnya, bahkan menyangka telah
berbuat amal yang saleh.
PENGERTIAN KHURAFAT
Sumber khurafat (ejaan lama: churafat) adalah dinamisme dan animisme.
Dinamisme adalah kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, benda-benda, dan kata-kata. Sedangkan Animisme adalah
kepercayaan adanya jiwa dan ruh yang dapat mempengaruhi alam manusia
Khurafat diartikan sebagai cerita-cerita yang mempesonakan yang
dicampuradukkan dengan perkara dusta, atau semua cerita rekaan atau
khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adat-istiadat, ramalan-ramalan,
pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam
Khurafat adalah bid’ah dalam bidang akidah, yakni kepercayaan atau
keyakinan kepada sesuatu perkara yang menyalahi ajaran Islam. Misalnya,
meyakini kuburan orang saleh dapat memberikan berkah, memuja atau
memohon kepada makhluk halus (jin), meyakini sebuah benda –tongkat,
keris, batu, dll.—memikiki kekuatan ghaib yang bisa diandalkan, dan
sebagainya.
Khurafat adalah budaya masyarakat Jahiliyah. Di antara khurafat mereka
ialah mempercayai kepada arah burung yang berterbangan, memberi kesan
kepada nasib mereka. Masyarakat Jahiliah percaya, jika burung hantu
menghinggapi dan berbunyi di atas sesebuah rumah, maka artinya salah
seorang dari penghuni rumah itu akan meninggal dunia. Kepercayaan
sebegini mengakibatkan penghuni rumah akan berdukacita. Wallahu a’lam. (www.risalahislam.com).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar